Laman

Assalamu'alaikum :)


"Terima kasih sudah menyempatkan untuk mampir ke blog saya *_*
Salam santun Ukhuwah islamiyah ^_^

Rabu, 14 November 2012

Peranan dan Kepribadian Guru


SOSIOLOGI PENDIDIKAN
“ PERANAN DAN KEPRIBADIAN GURU ”

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Nurul Huda 10210115
Niki Sulnia 102100112

Dosen Pembimbing:
Iskandi

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2012

PENDAHULUAN
Di era demokrasi ini tantangan dalam dunia pendidikan sangat besar terutama bagi profesi guru. Yang mana peran dan kepribadian guru sangat menentukan keberhasilan anak didik nantinya. Dalam era demokrasi guru diharapkan juga dapat membantu berkembangnya nilai demokrasi yang benar pada anak didik, sehingga anak didik nantinya dapat berkembang menjadi warga Negara yang lebih demokratis.
Pendidikan disekolah juga bukan hanya ditentukkan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar-mengajar saja, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun diluar sekolah. Jelas Berbagai pengaruh dari dalam atau luar sekolah yang terkadang tak lepas dari Guru dan anak didik. Disinilah peran guru sangat dibutuhkan, sebagaimana mungkin guru harus mampu mengkondisikannya agar Proses belajar-mengajar tetap berjalan lancar, meskipun Kita tahu kepribadian guru yang masing-masing mempunyai pribadi sendiri-sendiri,  yang satu sama lain berbeda. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan memaparkan lebih jelas lagi Tentang Peranan dan Kepribadian Guru.


PEMBAHASAN

PERANAN DAN KEPRIBADIAN GURU
PERANAN GURU
Peranan Guru Sehubungan Dengan Murid
Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal maupun non formal.
Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak.
Dalam situasi informal guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial, misalnya sewaktu rekreasi, berolahraga, berpiknik atau kegiatan lainnya. Jadi guru hendaknya dapat menyesuaikan peranannya menurut situasi sosial yang dihadapinya. 
Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.  Peranan guru disekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pengelola dan sebagainya.
Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar. 
Sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif.
Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, seorang guru hendaknya senantiasa secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, hendaknya guru senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. 
Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar guru sekaligus berperanan sebagai pembimbing dalam proses belajar-mengajar.  
Peran guru yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
1. Peranan Guru Berkaitan dengan Kompetensi Guru
a. Guru Melakukan Diagnosis terhadap Perilaku Awal Siswa
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya. Sehingga jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa.
b. Guru Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakuakn persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis  yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
c. Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini sangat penting karena disinilah proses interaksi pembelajaran dilaksanakan, oleh karena itu ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian guru
d. Guru Sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Peran guru di sini dimaksudkan untuk lebih memahami siswa tidak hanya dari hasil tatap muka saja, akan tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan siswa. 
e. Guru sebagai Komunikator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses penyampaian informasi baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik, kepada atasan, kepada orang tua murid dan kepada masyarakat pada umumnya.
f. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Guru harus mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengikuti perkembangan iptek, agar bisa membawa dan engarahkan anak didik kepada masa dimana dia akan menjalani kehidupan.
g. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
Guru harus mengetahui betul potensi anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi pembelajaran yang sinerjik dengan potensi anak didik. 
h. Guru Sebagai Pengembang Kurikulum di Sekolah
Dalam pandangan klasik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata pelajaran yang diberikan anak didik di sekolah. Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai siswa di bawah bimbingan atau tanggung jawab sekolah. 
Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa ( yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dan baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Menurut James W. Brown, mengemukakan bahwa peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. 
Selain itu, Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru sperti diuraikan dibawah ini.
1. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.
2. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah maslah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk(ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik.
3. Informator
Sebagai informatory, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan  pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogamkan dalam kurikulum. Informasiyang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik.
4. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
5. Motivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran social, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
6. Inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator
Guru hendaknya dapat menjadikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Agar kegiatan belajar mengajar terkondisikan sesuai yang diharapkan .
8. Pembimbing
Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).
9. Demonstrator
Tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami, apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik.
10. Pengelola kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Intinya, maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal dikelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar didalamnya.
11. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik, sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi. Guru sebagai mediator dapat juga diartikan penyedia media.
12. Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis  terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
13. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. 

Peranan Guru Dalam Masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru. Kedudukan sosial guru berbeda dari Negara ke Negara, dari zaman ke zaman. Pada zaman Hindu, misalnya guru menduduki tempat yang sangat terhormat sebagai satu-satunya sumber ilmu. Murid harus datang kepadanya untuk memperoleh ilmu sambil menunjukkan baktinya. Pada zaman VOC yang menjadi guru adalah orang-orang yang ada pengetahuannya sedikit seperti tukang sepatu, tukang pangkas, orang yang menguburkan mayat.
Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungannya dengan ideal pembangunan bangsa, namun guru sendiri tak dapat tiada harus menggunakan pekerjaannya sebagai alat untuk mencari nafkah bagi keluarganya. walaupun demikian, masyarakat tak dapat menerima pekerjaan guru semata-mata sebagai mata pencaharian belaka sejajar dengan pekerjaan tukang kayu, atau saudagar. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan Negara dan masa depan bangsa.
Walaupun zaman berubah namun kelakuan guru yang menyimpang dari apa yang dianggap sopan selalu mendapat sorotan yang tajam. Guru selalu diharap agar menjadi teladan bagi anak didik.
Guru-guru menerima harapan agar mereka menjadi suri tauladan bagi anak didiknya. Untuk itu guru harus mempunyai moral yang tinggi. Dan sangat diharapkan sepanjang jabatannya sebagai guru berangsur-angsur membina dirinya menjadi guru yang kita harapkan. 

KEPRIBADIAN GURU
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Dalam uraian ini kita tidak akan membicarakan arti atau batasan kepribadian secara teori, akan tetapi akan mencoba memahami berbagai unsur kepribadian yang dapat dilihat atau difahami dengan mudah. Orang awam dengan mudah mengatakan bahwa seorang itu punya kepribadian yang baik, kuat dan menyenangkan. Sedangkan ada pula orang lain dikatakan mempunyai kepribadian lemah tidak baik atau buruk dan sebagainya.
Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat. 
Tiap orang yang pernah sekolah dan karena itu berhubungan dengan guru mempunyai gambaran tertentu tentang kepribadian guru. Ternyata banyak kesamaan mengenai gambaran orang pada umumnya tentang guru sehingga terbentuklah stereotip guru. Gambaran tentang guru tampak  dalam cerita-cerita, film, sandiwara, karikatur dalam permainan peranan oleh anak-anak yang belum bersekolah. 
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman dan harus dielakannya. Sebaliknya kelakuan yang sesuai akan diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Dalam situasi kelas guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai “anaknya”. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya maka guru didewasakan, di-“tua”-kan sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi “orang tua”. 
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau asyarakat. Dengan kata lain baik buruknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Alexander Meikeljohn (1971:13) mengatakan:
“No one can be a genuine teacher unless he is himself actively sharing in the human attempt to understand men and their word.”
Jadi, menurut Meikeljohn, tidak seorang pun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia) kecuali bila dia menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didik yang berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya. Guru yang dapat memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan lainnya diluar masalah belajar, yang bisa menghambat aktivitas belajar anak didik, maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baikm akan mengurangi kewibawaannya dan charisma pun secara perlahan lebur dari jati diri.
Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak didiknya ke lembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelar pun disandangnya. Penyair Sjauki telah mengakui pula nilai guru dengan kata-katanya,”berdiri  dan hormatilah guru dan berilah ia penghargaan, seorang guru hampir saja merupakan seorang Rasul”. Rasul adalah figur yang paripurna. Seluruh aspek kehidupannya adalah “uswatun hasanah”. Pribadi guru  adalah uswatun hasanah, kendati tidak sesempurna seperti Rasul. Ingat hanya “hampir” mendekati, bukan seluruh pribadi guru sama dengan pribadi Rasul, kekasih Allah dan penghulu dari seluruh nabi dan rasul itu.
Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak didik dalam dan diluar sekolah. Bila melihat anak didiknya menunjukkan sikap seperti sedih, murung, suka berkelahi, malas belajar, jarang turun kesekolah, sakit dan sebagainya, guru merasa prihatin dan tidak jarang pada waktu tertentu guru harus menghabiskan waktunya untuk memikirkan bagaimana perkembangan pribadi anak didiknya. Jadi, kemuliaan hati seorang guru tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar symbol atau semboyan yang terpampang di kantor dewan guru.
Posisi guru dan anak didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Sering dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan membimbing anak didik ke pintu gerbang cita-citanya. Itulah barangkali sikap guru yang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia. Pendek kata, kewajiban guru adalah menciptakan “Khairunnas”, yakni manusia yang baik.  
Mengingat tugas guru adalah mendidik dan bukan hanya mengajar suatu bidang tertentu, maka seorang calon guru harus dibekali dengan ketaqwaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, kepribadian yang luhur serta kuat, dan pengetahuan teori dan praktek kependidikan dan keguruan yang menjadi spesialisasinya. Khusus untuk guru agama, disamping kualitas di atas, perlu pula disyaratkan bahwa dia harus meyakini dan mengamalkan agama yang diajarkannya.

KESIMPULAN
        Guru merupakan suatu figur sentral dalam dunia pendidikan, dalam proses belajar mengajar bahkan dengan lingkungan sosialnya, maka setiap guru diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) sifat dan kepribadian yang ideal sesuai dengan yang telah ditetapkan. Lingkungan formal dan non formal jelas selalu mempengaruhi lingkup anak didik tersebut, oleh karena itu peranan guru sangat diharapkan bahkan sudah menjadi kewajiban.
Peranan guru pun sangat menentukan keberhasilan siswa nantinya, yang mana peranan itu tidak lepas dari kepribadian guru yang melekat pada diri masing-masing seorang guru. Mengingat tugas guru adalah mendidik dan bukan hanya mengajar suatu bidang tertentu, maka seorang calon guru harus dibekali dengan ketaqwaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan berkepribadian yang luhur. Karena  Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. 
 Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak didik di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat. Karena itu haruslah setiap calon guru untuk berkepribadian yang mulia dan luhur serta bertanggung jawab terhadap peranan yang ia sandang, sehingga nantinya dapat tercapai generasi penerus bangsa Indonesia yang intelektual dan berakhlakul karimah.


DAFTAR PUSTAKA

Nasution,S. 2011.  Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Slameto. 2009. Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Rusman. 2008.  Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru.  Bandung : PT. Raja                           Grafindo Persada.
Sardiman. 2004.  Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2010. Guru dan Anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Http://Mossdefcommunity.Blogspot.Com/2011/12/Kepribadian-Guru.Html Diakses pada Rabu, 21 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar