Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta khalaqtani, wa ana
‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika ma-statha’tu, a’udzu bika min syarri ma
shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbi fa-gfir li,
fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta
Artinya
Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta khalaqtani, wa ana
‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika ma-statha’tu, a’udzu bika min syarri ma
shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbi fa-gfir li,
fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta
Artinya
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan pantas disembah
melainkan Engkau. Tuhan yang telah menciptakan diriku. Aku adalah
hamba-Mu dan aku ada dalam perjanjian-Mu, yang dengan segala kemampuanku
aku laksanakan perintah-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari segala
perbuatan buruk yang aku lakukan kepada-Mu. Engkau telah mencurahkan
nikmat-Mu kepadaku, sedangkan aku senantiasa berbuat dosa. Ampunilah
dosaku karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim)
Rasulullah membiasakan membaca doa itu dan beliau menyebutkan sebagai
Sayyidul Istighfar atau Raja Istighfar. Bahkan, Rasulullah menegaskan,
barangsiapa yang membaca sayyidul istighfar pada sore hari dan hamba
Allah itu meninggal pada malam harinya hingga terbit matahari ia berhak
masuk surga. Barangsiapa yang membaca sayyidul istighfar pada malam
hari, kemudian hamba Allah itu meninggal pada siang hari (mulai matahari
terbit hingga terbenamnya) ia berhak masuk surga.
Assalamu'alaikum :)
"Terima kasih sudah menyempatkan untuk mampir ke blog saya *_*
Salam santun Ukhuwah islamiyah ^_^
Selasa, 14 Agustus 2012
Filsafat Pendidikan Islam
MANUSIA
DAN PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Oleh : Nurul Huda (10210115)
I.
PENDAHULUAN
Manusia adalah
Makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan sebaik-baiknya, yang terdiri dari unsur jasmani, unsur
akal, dan unsur rohani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di
kembangkan. Menjadi Keharusan Manusia untuk bisa memanfaatkan dan mengembnagkan
apa yang telah Allah fithrahkan kepada manusia. Menurut Samsul Nizar dalam
bukunya bahwa Manusia itu diciptakan oleh Allah Swt. Bukan secara main-main,
melainkan dengan tujuan dan fungsinya.[1]
Sedangkan Pendidikan merupakan Suatu Proses Usaha sadar yang
dilakukan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang mana kegiatan
yang diarahkan untuk merubah tabi’at seseorang. Menurut Abdurrahman Saleh
Abdullah, dengan adanya pendidikan, terutama pendidikan islam yang mana telah
termaktub di dalam Al-Qur’an, yaitu dapat membentuk kepribadian sebagai
Khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu
kepada tujuan akhir manusia.
Namun terkadang Manusia belum sepenuhnya terbangun akan
mimpi buruknya, yang masih tak menghiraukan apa tujuan akhir dari kehidupan
ini. Dan tak terlepas dari rangkaian kegiatan manusia yang dari sejak lahir telah di suap dengan
pengetahuan dari sejak kecil dan bergulir ke dalam pendidikan. Maka dari itu,
Manusia dan Pendidikan akan mencapai klimaks apabila kita sebagai subjeknya selalu
berpedoman atau berpegang teguh pada Sandaran Umat Islam, yaitu Al-Qur’an. maka
dari itu kami sebagai makalah akan memaparkan tema yang berjudul “Manusia dan
Pendidikan Dalam Al-Qur’an.”
II.
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Manusia adalah
Makhluk yang berarti sesuatu yang diciptakan. Secara logik dan riil, setiap
yang diciptakan tentu ada penciptanya. Dalam islam, pencipta manusia disebut
Allah swt. Pernyataan manusia adalah Makhluk dapat diterima oleh manusia dari
latar belakang dan tingkat kecerdasan yang berbeda, mulai dari seorang
professor sampai tukang becak sekalipun. Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan gambaran
yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya.[2]
Ø Proses
Penciptaan Manusia dalam Al-Qur’an
Manusia
merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi
dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn ‘Arabi misalnya melukiskan hakikat
manusia dengan mengatakan bahwa, “tak ada makhluk Allah yang lebih bagus
daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara,
melihat, mendengar, berfikir dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang
sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang
diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah dimuka
bumi.
Banyak
sekali ayat Al- Qur’an yang menegaskan bahwa manusia adalah sesuatu yang
diciptakan. Konsepsi Islam tentang hakikat manusia yang mendasar telah
tercantum dalam al-Qur’an.[3]
Manusia diciptakan Allah Swt sebagai makhluk yang paling sempurna, Dalam Surah
AT-Tin: 4, yaitu :
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ
“Sesungguhnya
kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Selanjutnya tentang proses kejadian
manusia yang ditinjau dari firman Allah :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
“Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah, Kemudian kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim); Kemudian air mani
itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S.
al-Mukminun : 12-14)
Selain itu dapat dilihat juga dalam Surat
Al-Faatir, 35:11. Manusia mempunyai kelebihan yang
luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal,
manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu
mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. Dapat disimpulkan
bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang
lain, dengan memiliki potensi akal, qolbu dan potensi-potensi lain untuk
digunakan sebagai modal mengembangkan kehidupan.
Setidaknya ada tiga kata
yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan makna manusia, yaitu : al-Basyar,
al-Insan, dan al- Nas. Meskipun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna
manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
a.
Kata al-Basyar dinyatakan dalam
Al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Al-Basyar dapat diartikan mulamasah,
yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologis
dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat
kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan,
kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata al-Basyar ditujukan Allah
kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Demikian pula halnya dengan para
rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan manusia umumnya
tidak diberikan wahyu.
Kata al-Basyar juga
digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan eksistensi Nabi dan Rasul. Eksistensinya,
memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik
perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya. Penekanan ini
dijelaskan Allah dalam firman-firmannya, seperti pada Q.S Huud/11:27,
Al-Israa’/17:93-94, Al-Kahfi/18:110, dan Al-Mu’minuun/23:33-34.
b.
Kata al- Insan dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 73 kali dan tersebar
dalam 43 surat. Secara etimologi, dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
tampak atau pelupa.
Kata al-Insan digunakan
al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan
rohani. Kata al-Insan digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses
kejadian manusia sesudah Adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap
secara dinamis dan sempurna di dalam rahim (QS. An Nahl/16:78; QS.
Al-Mu’minuun/23:12-14). Penggunaan kata al-insan dalam ayat ini mengandung dua
makna, yaitu : Pertama, makna proses biologis, yaitu berasal dari saripati tanah
melalui makanan yang dimakan manusia, sampai pada proses pembuahan. Kedua, makna proses psikologis
(pendekatan spiritual), yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manusia,
berikut berbagai potensi yang dianugerahkan kepada manusia.
c.
Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an
sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. Kata al-Nas menunjukkan pada
eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat
status keimanan atau kekafirannya.
Dalam menunjuk
makna manusia, kata al-Nas lebih
bersifat umum bila dibandingkan dengan kata al-Insan.
Keumuman tersebut dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya.
Kata al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan
sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah
dan merupakan pengsisi neraka,
disamping iblis.
Disamping ketiga
kata tersebut, Allah Swt. Juga mendefinisikan manusia dengan menggunakan
kata bani
Adam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur’an sebanyak 7kali dan tersebar dalam 3
surat. Secara etimologi, kata bani Adam menunjukkan
arti pada keturunan nabi Adam A.S.
Allah memberikan
kebebasan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang ada di alam ini secara
maksimal. Allah memberikan garis pembatas kepada manusia pada dua alternative,
yaitu kemuliaan atau kesesatan. Disini terlihat kasih dan demokratisnya Allah
terhadap makhluknya. Hukum kausalitas tersebut memungkinkan Allah untuk meminta
pertanggungjawaban pada manusia atas semua aktivitas yang dilakukan.
Ø Fungsi
Penciptaan Manusia
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dan
rupa seindah-indahnya dilengkapi dengan panca indera dan hati agar manusia
bersyukur atas apa yang telah Allah anugerahkan. Secara global tujuan &
fungsi penciptaan manusia, yaitu :
1. Khalifah
Al-Qur’an
menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban amanat (Q.S Ar
Ruum/33:72). Menurut Ahmad Musthafa Al Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini
memiliki dua makna, Pertama, adalah
Pengganti, yaitu pengganti Allah Swt untuk melaksanakan titah-Nya dimuka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang
kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan makhluk lainnya serta
memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara
keseluruhan.
2. ‘Abd
(Pengabdi Allah)
Konsep
‘abd mengacu pada tugas-tugas
individual manusia sebagai hamba Allah. Secara luas, konsep ‘abd sebenarnya meliputi seluruh
aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas
seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai ibadah
manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata hanya untuk mencari Ridha
Allah Swt. Belajar, Bekerja menjadi ibadah manakala dilakukan untuk mencari
Ridha Allah.[4]
III.
PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL- QUR’AN
Pendidikan Islam merupakan
proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik
melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai
keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Manusia
adalah hasil dari proses pendidikan. Dengan mudah hal ini dapat direalisasikan
manakala salah satu dari unsur-unsur pendidikan ini dikaitkan dengan petunjuk
bertingkah laku manusia berkenaan dengan obyek-obyek tertentu. Dapat diketahui,
manusia yang benar-benar khalifah Allah adalah manusia yang mempunyai kondisi
baik, berperangai halus.
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya
pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara.
Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki
pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 :
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat...”
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu
Majah)
Islam menekankan akan
pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa pengetahuan
niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat,
yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari
akhirat.
Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114
disebutkan:
“Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan’.”
·
Pemerolehan Pengetahuan dan
Objeknya (Proses Pendidikan)
Pendidikan Islam
memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia dilahirkan
dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang
berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula
melalui hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai
jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra
kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami.
Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam
filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78 disebutkan:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.[5]
Namun, pada dasarnya proses pemerolehan
pengetahuan adalah dimulai dengan membaca, sebagaimana dalam al-Qur’an surat
al-‘Alaq ayat 1-5:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Perintah
membaca merupakan perintah yang paling penting dan berharga yang dapat
diberikan kepada umat manusia sebagai makhluk yang dapat dan harus dididik.
Dari kelima ayat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah jalan yang
dapat mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 101
disebutkan:
“Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yaag ada di
langit dan di bumi”.
Al-Qur’an membimbing
manusia agar selalu memperhatikan dan menelaah alam sekitarnya. Karena dari
lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan memperoleh pengetahuan.
Dalam al-Qur’an surat asy-Syu’ara ayat 7 juga
disebutkan:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi,
berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang baik?”.
Demikianlah, al-Qur’an secara dini
menggarisbawahi pentingnya “membaca” dan keharusan adanya keikhlasan serta
kepandaian memilih bahan bacaan yang tepat.[6]
·
Tujuan
Pendidikan
Dalam Surat Al-Dzariat
ayat 56 dijelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah
kepada Allah. Ibadah dalam arti luas adalah segenap gerak hidup, gerak lidah,
gerak pikiran maupun gerak anggota badan lainnya dan ditujukan untuk meraih
keridaan Allah swt.[7]
Dapat diketui pula
Perspektif Al-Qur’an sangat berperan penting di dalam Proses pendidikan ,
karena tanpa suatu konsep atau pedoman dari Al-Qur’an , maka pendidikan akan
meraba-raba. Selain itu, Implikasi dari konsep manusia yang telah kami paparkan
tadi yaitu fungsi dari penciptaan manusia, yang mana dari fungsi secara umum
tersebut dapat terimplikasi dalam hubungannya dengan Pendidikan Islam, yaitu :
§
Manusia
adalah makhluk yang bersumber dari dua komponen (materi dan inmateri), maka
konsepsi ini mengacu pada arah realisasi
dan pengembngan komponen-komponen.
Maka dari itu, harus dibangun atas konsep kesatuan antara pendidikan
Qalbiyah dan ‘Aqliyah sehingga bisa
mencetak manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara
moral. Dan jika kedua komponen ini terpisah, maka manusia akan kehilangan
keseimbangan dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna
(al-insan al-kamil).
§
Allah
membekali seperangkat potensi kepada manusia, maka dari itu pendidikan terutama
pendidikan islam haruslah mengupayakan
yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimilikinya secara maksimal sehingga dapat diwujudkan
dalam bentuk konkret, dalam arti dapat memberikan manfaat kepada semua orang,
karena Hadits Nabi mengatakan; Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat
terhadap sesama.[8]
Jadi, agar Suatu
Pendidikan, terkhusus Pendidikan Islam umat berhasil dalam prosesnya, maka
konsep penciptaan dan fungsi penciptaan manusia yang telah kami paparkan, harus
sepenuhnya di akomodasikan dalam rumusan teori-teori Pendidikan Islam. Agar
suatu tujuan pendidikan yang dilakukan oleh Manusia dapat tercapai sesuai
dengan pedoman dan sandarannya yaitu Al-Qur’an.
IV.
Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat
dipahami bahwa Manusia adalah Makhluk yang Allah swt berikan fitrah nya untuk
mengemban amanah dan mengabdi Allah swt. Untuk bisa mencapai tersebut maka
Suatu konsep pendidikan sangatlah penting. Selain itu, bahwa al-Qur’an telah
memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang
komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan
hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di
akhirat kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju
kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Pengetahuan yang didapat
dalam proses pendidikan dalam aktivitas manusia sudah seyogyanya diorientasikan
untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak lepas dari itu, bahwa
manusia juga hidup berdampingan dengan sosial atau lingkungan, sehingga tidak
bisa serta merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah
menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia
untuk melestarikan alam ini sebagai pewaris kekhalifahan manusia sekaligus
bentuk ketaatan nya kepada Allah swt.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,Saleh, Abdurrahman. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an.
Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan
Islam Kini dan Mendatang. CV. Triasco.
Jakarta. 2003.
Gojali,
Nanang. Manusia, Pendidikan Dan Sains. Cianjur: Rineka Cipta. 2004.
Nizar,Samsul. Filsafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis.
Jakarta: Ciputat Pers. 2002.
[1] Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), Hlm. 17.
[2] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Hlm. 45.
[3] Samsul Nizar, Op.cit.,Hlm.
1.
[4] Samsul Nizar, Ibid., Hlm.
2-20.
[5] Hery Noer Aly & Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang,
(Jakarta: CV. Triasco, 2003), Hlm. 109.
[6] Nanang Gojali, Manusia,
Pendidikan Dan Sains, (Cianjur :Rineka Cipta, 2004), Hlm. 132-137.
[7] Nanang Gojali, Ibid., Hlm.
155.
[8] Samsul Nizar, Log.Cit., Hlm.
21-23.
Langganan:
Postingan (Atom)