Laman

Assalamu'alaikum :)


"Terima kasih sudah menyempatkan untuk mampir ke blog saya *_*
Salam santun Ukhuwah islamiyah ^_^

Selasa, 14 Agustus 2012

Sayyidul Istighfar

Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta khalaqtani, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika ma-statha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbi fa-gfir li, fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta
Artinya
Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta khalaqtani, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika ma-statha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbi fa-gfir li, fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta
Artinya
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan pantas disembah melainkan Engkau. Tuhan yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba-Mu dan aku ada dalam perjanjian-Mu, yang dengan segala kemampuanku aku laksanakan perintah-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari segala perbuatan buruk yang aku lakukan kepada-Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat-Mu kepadaku, sedangkan aku senantiasa berbuat dosa. Ampunilah dosaku karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim)
Rasulullah membiasakan membaca doa itu dan beliau menyebutkan sebagai Sayyidul Istighfar atau Raja Istighfar. Bahkan, Rasulullah menegaskan, barangsiapa yang membaca sayyidul istighfar pada sore hari dan hamba Allah itu meninggal pada malam harinya hingga terbit matahari ia berhak masuk surga. Barangsiapa yang membaca sayyidul istighfar pada malam hari, kemudian hamba Allah itu meninggal pada siang hari (mulai matahari terbit hingga terbenamnya) ia berhak masuk surga.


Filsafat Pendidikan Islam


MANUSIA DAN PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Oleh : Nurul Huda (10210115)

       I.            PENDAHULUAN
Manusia adalah Makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan sebaik-baiknya, yang terdiri dari unsur jasmani, unsur akal, dan unsur rohani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di kembangkan. Menjadi Keharusan Manusia untuk bisa memanfaatkan dan mengembnagkan apa yang telah Allah fithrahkan kepada manusia. Menurut Samsul Nizar dalam bukunya bahwa Manusia itu diciptakan oleh Allah Swt. Bukan secara main-main, melainkan dengan tujuan dan fungsinya.[1]
Sedangkan Pendidikan merupakan Suatu Proses Usaha sadar yang dilakukan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang mana kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabi’at seseorang. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, dengan adanya pendidikan, terutama pendidikan islam yang mana telah termaktub di dalam Al-Qur’an, yaitu dapat membentuk kepribadian sebagai Khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia.
Namun terkadang Manusia belum sepenuhnya terbangun akan mimpi buruknya, yang masih tak menghiraukan apa tujuan akhir dari kehidupan ini. Dan tak terlepas dari rangkaian kegiatan manusia yang  dari sejak lahir telah di suap dengan pengetahuan dari sejak kecil dan bergulir ke dalam pendidikan. Maka dari itu, Manusia dan Pendidikan akan mencapai klimaks apabila kita sebagai subjeknya selalu berpedoman atau berpegang teguh pada Sandaran Umat Islam, yaitu Al-Qur’an. maka dari itu kami sebagai makalah akan memaparkan tema yang berjudul “Manusia dan Pendidikan Dalam Al-Qur’an.”

    II.            MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Manusia adalah Makhluk yang berarti sesuatu yang diciptakan. Secara logik dan riil, setiap yang diciptakan tentu ada penciptanya. Dalam islam, pencipta manusia disebut Allah swt. Pernyataan manusia adalah Makhluk dapat diterima oleh manusia dari latar belakang dan tingkat kecerdasan yang berbeda, mulai dari seorang professor sampai tukang becak sekalipun. Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya.[2]
Ø  Proses Penciptaan Manusia dalam Al-Qur’an
Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn ‘Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, “tak ada makhluk Allah yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah dimuka bumi.
Banyak sekali ayat Al- Qur’an yang menegaskan bahwa manusia adalah sesuatu yang diciptakan. Konsepsi Islam tentang hakikat manusia yang mendasar telah tercantum dalam al-Qur’an.[3] Manusia diciptakan Allah Swt sebagai makhluk yang paling sempurna, Dalam Surah AT-Tin: 4, yaitu :
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ
 “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Selanjutnya tentang proses kejadian manusia yang ditinjau dari firman Allah :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah,  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim); Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. al-Mukminun : 12-14)
 Selain itu dapat dilihat juga dalam Surat Al-Faatir, 35:11. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang lain, dengan memiliki potensi akal, qolbu dan potensi-potensi lain untuk digunakan sebagai modal mengembangkan kehidupan.
Setidaknya ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan makna manusia, yaitu : al-Basyar, al-Insan, dan al- Nas. Meskipun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
a.                  Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Al-Basyar dapat diartikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata al-Basyar ditujukan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Demikian pula halnya dengan para rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan manusia umumnya tidak diberikan wahyu.
Kata al-Basyar juga digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan eksistensi Nabi dan Rasul. Eksistensinya, memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya. Penekanan ini dijelaskan Allah dalam firman-firmannya, seperti pada Q.S Huud/11:27, Al-Israa’/17:93-94, Al-Kahfi/18:110, dan Al-Mu’minuun/23:33-34.
b.                  Kata al- Insan dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa.
Kata al-Insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata al-Insan digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah Adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim (QS. An Nahl/16:78; QS. Al-Mu’minuun/23:12-14). Penggunaan kata al-insan dalam ayat ini mengandung dua makna, yaitu : Pertama, makna proses biologis, yaitu berasal dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan manusia, sampai pada proses pembuahan. Kedua, makna proses psikologis (pendekatan spiritual), yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada diri manusia, berikut berbagai potensi yang dianugerahkan kepada manusia.
c.                   Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya.
Dalam menunjuk makna manusia, kata al-Nas lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumuman tersebut dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya. Kata al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan  mafsadah  dan merupakan pengsisi neraka, disamping iblis.
Disamping ketiga kata tersebut, Allah Swt. Juga mendefinisikan manusia dengan menggunakan kata  bani Adam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur’an sebanyak 7kali dan tersebar dalam 3 surat. Secara etimologi, kata bani Adam menunjukkan arti pada keturunan nabi Adam A.S.
Allah memberikan kebebasan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang ada di alam ini secara maksimal. Allah memberikan garis pembatas kepada manusia pada dua alternative, yaitu kemuliaan atau kesesatan. Disini terlihat kasih dan demokratisnya Allah terhadap makhluknya. Hukum kausalitas tersebut memungkinkan Allah untuk meminta pertanggungjawaban pada manusia atas semua aktivitas yang dilakukan.
Ø  Fungsi Penciptaan Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dan rupa seindah-indahnya dilengkapi dengan panca indera dan hati agar manusia bersyukur atas apa yang telah Allah anugerahkan. Secara global tujuan & fungsi penciptaan manusia, yaitu :
1.      Khalifah
Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban amanat (Q.S Ar Ruum/33:72). Menurut Ahmad Musthafa Al Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini memiliki dua makna, Pertama, adalah Pengganti, yaitu pengganti Allah Swt untuk melaksanakan titah-Nya dimuka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan makhluk lainnya serta memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan.
2.      ‘Abd (Pengabdi Allah)
Konsep ‘abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah. Secara luas, konsep ‘abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai ibadah manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata hanya untuk mencari Ridha Allah Swt. Belajar, Bekerja menjadi ibadah manakala dilakukan untuk mencari Ridha Allah.[4]

 III.            PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL- QUR’AN
Pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Manusia adalah hasil dari proses pendidikan. Dengan mudah hal ini dapat direalisasikan manakala salah satu dari unsur-unsur pendidikan ini dikaitkan dengan petunjuk bertingkah laku manusia berkenaan dengan obyek-obyek tertentu. Dapat diketahui, manusia yang benar-benar khalifah Allah adalah manusia yang mempunyai kondisi baik, berperangai halus.
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 :
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:
8
Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114 disebutkan:
10
Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’.”
·         Pemerolehan Pengetahuan dan Objeknya (Proses Pendidikan)
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78 disebutkan:
12
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.[5]
Namun, pada dasarnya proses pemerolehan pengetahuan adalah dimulai dengan membaca, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Perintah membaca merupakan perintah yang paling penting dan berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia sebagai makhluk yang dapat dan harus dididik. Dari kelima ayat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 101 disebutkan:
15
Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi”.
Al-Qur’an membimbing manusia agar selalu memperhatikan dan menelaah alam sekitarnya. Karena dari lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan memperoleh pengetahuan.
Dalam al-Qur’an surat asy-Syu’ara ayat 7 juga disebutkan:
16
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”.
Demikianlah, al-Qur’an secara dini menggarisbawahi pentingnya “membaca” dan keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahan bacaan yang tepat.[6]
·         Tujuan Pendidikan
Dalam Surat Al-Dzariat ayat 56 dijelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah kepada Allah. Ibadah dalam arti luas adalah segenap gerak hidup, gerak lidah, gerak pikiran maupun gerak anggota badan lainnya dan ditujukan untuk meraih keridaan Allah swt.[7]
Dapat diketui pula Perspektif Al-Qur’an sangat berperan penting di dalam Proses pendidikan , karena tanpa suatu konsep atau pedoman dari Al-Qur’an , maka pendidikan akan meraba-raba. Selain itu, Implikasi dari konsep manusia yang telah kami paparkan tadi yaitu fungsi dari penciptaan manusia, yang mana dari fungsi secara umum tersebut dapat terimplikasi dalam hubungannya dengan Pendidikan Islam, yaitu :
§  Manusia adalah makhluk yang bersumber dari dua komponen (materi dan inmateri), maka konsepsi ini mengacu pada arah realisasi  dan pengembngan komponen-komponen.  Maka dari itu, harus dibangun atas konsep kesatuan antara pendidikan Qalbiyah dan ‘Aqliyah  sehingga bisa mencetak manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Dan jika kedua komponen ini terpisah, maka manusia akan kehilangan keseimbangan dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al-kamil).
§  Allah membekali seperangkat potensi kepada manusia, maka dari itu pendidikan terutama pendidikan islam haruslah mengupayakan  yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimilikinya  secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti dapat memberikan manfaat kepada semua orang, karena Hadits Nabi mengatakan; Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat terhadap sesama.[8]
Jadi, agar Suatu Pendidikan, terkhusus Pendidikan Islam umat berhasil dalam prosesnya, maka konsep penciptaan dan fungsi penciptaan manusia yang telah kami paparkan, harus sepenuhnya di akomodasikan dalam rumusan teori-teori Pendidikan Islam. Agar suatu tujuan pendidikan yang dilakukan oleh Manusia dapat tercapai sesuai dengan pedoman dan sandarannya yaitu Al-Qur’an.

 IV.            Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat dipahami bahwa Manusia adalah Makhluk yang Allah swt berikan fitrah nya untuk mengemban amanah dan mengabdi Allah swt. Untuk bisa mencapai tersebut maka Suatu konsep pendidikan sangatlah penting. Selain itu, bahwa al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Pengetahuan yang didapat dalam proses pendidikan dalam aktivitas manusia sudah seyogyanya diorientasikan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak lepas dari itu, bahwa manusia juga hidup berdampingan dengan sosial atau lingkungan, sehingga tidak bisa serta merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai pewaris kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ketaatan nya kepada Allah swt.


    V.            DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Saleh, Abdurrahman. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an.  Jakarta: Rineka  Cipta. 2005.
Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV. Triasco.  Jakarta. 2003.
Gojali, Nanang.  Manusia, Pendidikan Dan Sains. Cianjur: Rineka Cipta. 2004.
Nizar,Samsul. Filsafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers. 2002.




[1] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis), (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hlm. 17.
[2] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Hlm. 45.
[3] Samsul Nizar, Op.cit.,Hlm. 1.
[4] Samsul Nizar, Ibid., Hlm. 2-20.
[5] Hery Noer Aly & Munzier Suparta, Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, (Jakarta: CV. Triasco, 2003), Hlm. 109.
[6] Nanang Gojali, Manusia, Pendidikan Dan Sains, (Cianjur :Rineka Cipta, 2004), Hlm. 132-137.
[7] Nanang Gojali, Ibid., Hlm. 155.
[8] Samsul Nizar, Log.Cit., Hlm. 21-23.