Laman

Assalamu'alaikum :)


"Terima kasih sudah menyempatkan untuk mampir ke blog saya *_*
Salam santun Ukhuwah islamiyah ^_^

Minggu, 18 November 2012

Kosong, Tanpa judul

...ZZzzZzz,, aduh malam ini kok moment nya slow banget yaah.. pake acara sedih segala pulag ini,, duhh tambah deh disertai alunan musik yang sangat melankolis semakin menyatu ke dalam jiwa yang separuh hilangg... hehe:) akuu bisa kog tersenyummm di atas kesedihan yang terselipp ,,, terus yahhh. emmhhh ,, giniii yaa,,
.
.
.
.
.
.
.
.
. Bersambuuung ->>>>to be continued ^-^

Jumat, 16 November 2012

Berbakti Pada Ayah dan Ibu


Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.



Pertama.
          Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata :


سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ : قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]

Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua).

Kedua.
       Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

رِضَا الرَبِّ فِى رِضَا الوَالِدِ و سُخْطُ الرَبِّ فِى سُخْطِ الوَالِدِ

"Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Ketiga.
           Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Ibnu Umar, dia berkata :

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, 'Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan'. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. "Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser" [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A'mal.

Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.

Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan 'Si Anak' yang 'bergadang' untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil.

'Si Anak' melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidur, dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua harus didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma ketika diperintahkan oleh bapaknya (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ceraikan istrimuu" [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, "Hadits Hasan Shahih"]

Dalam riwayat Abdullah bin Mas'ud yang disampaikan sebelumnya disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka'bah dan ke mana saja 'Si Ibu' menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?" Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma, "Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu" [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter atau yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.

Keempat.
           Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيَنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

"Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]

Dalam ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan.

Kelima.
              Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke jannah (surga).

Dosa-dosa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta'ala akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah.

"Berbaktilah dan doakanlah  kedua orangtuamu selagi Mereka masih hidup sebelum engkau menyesal nantinya, dan apabila mereka telah tiada doakanlah, agar kita menjadi amal jariyahnya dan berusahalah untuk dekat dengan Allah, niscaya engkau kan mendapat kan kebahagiaan , Aaminn Ya Rabb..
_______



Footnote.
[1] Riyadlush Shalihin, hadits No. 319

Allahu Ya Rabb..Engkau sebaik2 Penolong


Senyum tag selamanya bahagiaa, apa kalian tahu terkadang dalam keheningan malam aku terlihat seperti anak kecil, yang selalu tampak cengeng, itu tak kunjung hilang sampai usia ku beranjak sampai sekarang, malah Luapan hati ku semakin memuncak ketika beban yang ku pikul terngiang di telinga, sebisa mungkin aku tak mau mereka tahu apa yang ku alami …cukup aku dan Tuhanku…
Keceriaan ku, canda tawa ku, kebersamaan ku hanya menjadi bayangan semu d saat malam itu,, aku ingiin bintang, bulan, kehangatan malam yang menemaniku hingga fajar menyongsong…. “Tuhann hanya Engkau tempat ku meminta,” sekejap jeritan hatiku mendayu dayu terdengar” akuu berfikir di saat keramaian yang menggemuruh jiwa ku tak akan tenang,, untuk mengingat seberapa dosaku saja terkadang aku tak sadar apalagi untuk ku merasakan eksistensi-Mu di dalam relung Batinku,,,, Yaaahh di malam ituuu, ketika deraian air hujan membasahi seantero alam,, tak disangka pula air mata yang terjatuh Nampak dikelopak mataku…aku bissaa Tuhan merasakan akan hadir-Mu,, d saat keheningan, kesunyian, kedamaian,, Engkau ada di dekatku,, seketika ituu ku tak takut tuk tumpahkan semuaaa gejolak ku tuk menangis di hadapan-Mu, aku teruss tak hentinya mengadu dengan-Mu,,,”Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maulah wani’man nashir….”  DOA ITU yang selalu menguatkan batinku untuk tetap tegar di dalam setiap problem kehidupanku….. Hamasahh !!

Puisi Simpul*


*Puisi simpul....


Alunan tasbih cinta menggoyah batinku
Tak disangka kau tlah merasuk separuh imanku
Tiada kata seindah cinta,
Indahnya membawa jiwa melayang tinggi
      Aku ingin mencintaimu karena Allah
      Mencintaimu dari ketakwaanmu
      Bukan karena harta, tahta, atau kedudukan
      Ku harap kau Lah pilihan Tuhan untukku
      Yang akan membimbing dan menjadi imamku
     Demi mengukir bersama jalan ke Jannah-Nya..Aamiin

Note:
Seperti dikutip dari kata-kata yang sebelumnya ,, yuuks kita sdikit kilas balikk ,, bahwasanya  “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Q.S An Nuur: 26)

       Jadi, Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka yang utama dan yang paliing utama adalah bercermin dehhh pada diri sendirim yupss yakni perbaikilah diri. Hiduplah sesuai dengan ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah wanita yang shalihah, Saudariku! Menjadi pribadi yang dirindu jannah, menjadi sebaik-baik perhiasan terindah.
^_^

Percayalah .. wanita baik-baik hanya untuk lelaki yang baik pula

Percayalah Wanita Baik-Baik Hanya untuk Laki-Laki yang Baik


sepenggal untuk saudariku :)

 Inilah kabar gembira berupa janji Allah Swt bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah, wahai saudariku…

1. Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An Nuur: 26) 

Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai dengan ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah wanita yang shalihah, Saudariku! Menjadi pribadi yang dirindu jannah, menjadi sebaik-baik perhiasan terindah.

2. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32). 

Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab khususnya bagi para pemuda bertambahdengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya, maka Allah Swt akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

3. Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160) 

Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah Swt berdasarkan penegasan Rasulullah Saw dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah Swt itu pasti datang.

4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)

5. “Dan Tuhanmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Al Mu’min : 60).  

Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah Swt niscaya akan diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan pendamping hidup yang agamanya baik, sholeh, bertanggung jawab, amanah, dan seterusnya. 

Dalam berdoa perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa, waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Perhatikan juga penghalang terkabulnya doa. Manfaat lain dari berdoa berarti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahwa Allah itu tempat meminta, mengakui bahwa Allah Maha Kaya, mengakui bahwa Allah Maha Mendengar, dst.

6. ”Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat”. (Al Baqarah : 153) 

Mintalah tolong kepada Allah Swt dengan sabar dan shalat. Tentunya agar datang pertolongan Allah, maka kita juga harus bersabar sesuai dengan Sunnah Nabi Saw. Juga harus shalat sesuai Sunnahnya dan terbebas dari bid’ah.

7. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Alam Nasyrah : 5-6). 

Ini juga janji Allah. Mungkin terasa bagi kita jodoh yang dinanti tidak kunjung datang. Segalanya terasa sulit. Tetapi kita harus tetap berbaik sangka kepada Allah Swt dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Allah Swt sendiri yang menegaskan dua kali dalam surat tersebut.

8. “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad : 7) 

Agar Allah Swt menolong kita, maka kita tolong agama Allah. Baik dengan berinfak di jalan-Nya, membantu penyebaran dakwah Islam dengan penyebaran buletin atau buku-buku Islam, membantu penyelenggaraan pengajian, dll. Dengan itu semoga Allah menolong kita.

9. “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al Hajj : 40)

10. “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al Baqarah: 214) 

Saudariku, itulah janji Allah Swt dan Dia tidak akan menyalahi janjinya. Kalaupun Allah Swt tidak atau belum mengabulkan doa kita, tentu ada hikmah dan kasih sayang Allah Swt yang lebih besar buat kita. Kita harus berbaik sangka kepada-Nya. Inilah keyakinan yang harus ada pada setiap diri muslimah shalihah. Menanti adalah kesempatan, manfaatkan fase ini dengan  tetap senantiasa meluruskan niat, menjaga komitmen, memperbaiki kualitas diri, meningkatkan kepahaman, dan memantabkan kembali beragam persiapan sebagai salah satu ikhtiar kita menggenapkan setengah dien.

Saudariku, kunci dari segala ujian adalah kesabaran. Fase penantian laiknya fase untuk senantiasa bersabar dalam keistiqomahan. Dengan itulah kita mampu bertahan dan berbaik sangka dengan setiap jengkal kisah yang singgah dalam hidup kita. Berusaha untuk terus memperbaiki penghambaan kita agar ketangguhan jiwa terbangun oleh keyakinan tertinggi hanya kepada-Nya.

"SHARE" FASTABIQUL KHOIROT"

Rabu, 14 November 2012

Peranan dan Kepribadian Guru


SOSIOLOGI PENDIDIKAN
“ PERANAN DAN KEPRIBADIAN GURU ”

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Nurul Huda 10210115
Niki Sulnia 102100112

Dosen Pembimbing:
Iskandi

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2012

PENDAHULUAN
Di era demokrasi ini tantangan dalam dunia pendidikan sangat besar terutama bagi profesi guru. Yang mana peran dan kepribadian guru sangat menentukan keberhasilan anak didik nantinya. Dalam era demokrasi guru diharapkan juga dapat membantu berkembangnya nilai demokrasi yang benar pada anak didik, sehingga anak didik nantinya dapat berkembang menjadi warga Negara yang lebih demokratis.
Pendidikan disekolah juga bukan hanya ditentukkan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar-mengajar saja, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun diluar sekolah. Jelas Berbagai pengaruh dari dalam atau luar sekolah yang terkadang tak lepas dari Guru dan anak didik. Disinilah peran guru sangat dibutuhkan, sebagaimana mungkin guru harus mampu mengkondisikannya agar Proses belajar-mengajar tetap berjalan lancar, meskipun Kita tahu kepribadian guru yang masing-masing mempunyai pribadi sendiri-sendiri,  yang satu sama lain berbeda. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan memaparkan lebih jelas lagi Tentang Peranan dan Kepribadian Guru.


PEMBAHASAN

PERANAN DAN KEPRIBADIAN GURU
PERANAN GURU
Peranan Guru Sehubungan Dengan Murid
Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapinya, yakni situasi formal maupun non formal.
Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak.
Dalam situasi informal guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial, misalnya sewaktu rekreasi, berolahraga, berpiknik atau kegiatan lainnya. Jadi guru hendaknya dapat menyesuaikan peranannya menurut situasi sosial yang dihadapinya. 
Dalam proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.  Peranan guru disekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pengelola dan sebagainya.
Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar. 
Sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif.
Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar-mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, seorang guru hendaknya senantiasa secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, hendaknya guru senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. 
Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar guru sekaligus berperanan sebagai pembimbing dalam proses belajar-mengajar.  
Peran guru yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
1. Peranan Guru Berkaitan dengan Kompetensi Guru
a. Guru Melakukan Diagnosis terhadap Perilaku Awal Siswa
Pada dasarnya guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya. Sehingga jika guru telah mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa.
b. Guru Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan pembelajaran. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakuakn persiapan pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis  yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
c. Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini sangat penting karena disinilah proses interaksi pembelajaran dilaksanakan, oleh karena itu ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian guru
d. Guru Sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Peran guru di sini dimaksudkan untuk lebih memahami siswa tidak hanya dari hasil tatap muka saja, akan tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan siswa. 
e. Guru sebagai Komunikator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses penyampaian informasi baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik, kepada atasan, kepada orang tua murid dan kepada masyarakat pada umumnya.
f. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Guru harus mengembangkan keterampilan pribadinya dengan terus mengikuti perkembangan iptek, agar bisa membawa dan engarahkan anak didik kepada masa dimana dia akan menjalani kehidupan.
g. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
Guru harus mengetahui betul potensi anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru menyiapkan strategi pembelajaran yang sinerjik dengan potensi anak didik. 
h. Guru Sebagai Pengembang Kurikulum di Sekolah
Dalam pandangan klasik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata pelajaran yang diberikan anak didik di sekolah. Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai siswa di bawah bimbingan atau tanggung jawab sekolah. 
Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa ( yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dan baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Menurut James W. Brown, mengemukakan bahwa peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. 
Selain itu, Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru sperti diuraikan dibawah ini.
1. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.
2. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah maslah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk(ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik.
3. Informator
Sebagai informatory, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan  pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogamkan dalam kurikulum. Informasiyang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik.
4. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
5. Motivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran social, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
6. Inisiator
Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator
Guru hendaknya dapat menjadikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Agar kegiatan belajar mengajar terkondisikan sesuai yang diharapkan .
8. Pembimbing
Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).
9. Demonstrator
Tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami, apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik.
10. Pengelola kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Intinya, maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal dikelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar didalamnya.
11. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik, sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi. Guru sebagai mediator dapat juga diartikan penyedia media.
12. Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis  terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
13. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. 

Peranan Guru Dalam Masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru. Kedudukan sosial guru berbeda dari Negara ke Negara, dari zaman ke zaman. Pada zaman Hindu, misalnya guru menduduki tempat yang sangat terhormat sebagai satu-satunya sumber ilmu. Murid harus datang kepadanya untuk memperoleh ilmu sambil menunjukkan baktinya. Pada zaman VOC yang menjadi guru adalah orang-orang yang ada pengetahuannya sedikit seperti tukang sepatu, tukang pangkas, orang yang menguburkan mayat.
Pekerjaan guru selalu dipandang dalam hubungannya dengan ideal pembangunan bangsa, namun guru sendiri tak dapat tiada harus menggunakan pekerjaannya sebagai alat untuk mencari nafkah bagi keluarganya. walaupun demikian, masyarakat tak dapat menerima pekerjaan guru semata-mata sebagai mata pencaharian belaka sejajar dengan pekerjaan tukang kayu, atau saudagar. Pekerjaan guru menyangkut pendidikan anak, pembangunan Negara dan masa depan bangsa.
Walaupun zaman berubah namun kelakuan guru yang menyimpang dari apa yang dianggap sopan selalu mendapat sorotan yang tajam. Guru selalu diharap agar menjadi teladan bagi anak didik.
Guru-guru menerima harapan agar mereka menjadi suri tauladan bagi anak didiknya. Untuk itu guru harus mempunyai moral yang tinggi. Dan sangat diharapkan sepanjang jabatannya sebagai guru berangsur-angsur membina dirinya menjadi guru yang kita harapkan. 

KEPRIBADIAN GURU
Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Dalam uraian ini kita tidak akan membicarakan arti atau batasan kepribadian secara teori, akan tetapi akan mencoba memahami berbagai unsur kepribadian yang dapat dilihat atau difahami dengan mudah. Orang awam dengan mudah mengatakan bahwa seorang itu punya kepribadian yang baik, kuat dan menyenangkan. Sedangkan ada pula orang lain dikatakan mempunyai kepribadian lemah tidak baik atau buruk dan sebagainya.
Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang berat. 
Tiap orang yang pernah sekolah dan karena itu berhubungan dengan guru mempunyai gambaran tertentu tentang kepribadian guru. Ternyata banyak kesamaan mengenai gambaran orang pada umumnya tentang guru sehingga terbentuklah stereotip guru. Gambaran tentang guru tampak  dalam cerita-cerita, film, sandiwara, karikatur dalam permainan peranan oleh anak-anak yang belum bersekolah. 
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman dan harus dielakannya. Sebaliknya kelakuan yang sesuai akan diinternalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Dalam situasi kelas guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai “anaknya”. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya maka guru didewasakan, di-“tua”-kan sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi “orang tua”. 
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau asyarakat. Dengan kata lain baik buruknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Alexander Meikeljohn (1971:13) mengatakan:
“No one can be a genuine teacher unless he is himself actively sharing in the human attempt to understand men and their word.”
Jadi, menurut Meikeljohn, tidak seorang pun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati (mulia) kecuali bila dia menjadikan dirinya sebagai bagian dari anak didik yang berusaha untuk memahami semua anak didik dan kata-katanya. Guru yang dapat memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan lainnya diluar masalah belajar, yang bisa menghambat aktivitas belajar anak didik, maka guru tersebut akan disenangi anak didiknya.
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baikm akan mengurangi kewibawaannya dan charisma pun secara perlahan lebur dari jati diri.
Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak didiknya ke lembah kenistaan. Karena kemuliaan guru, berbagai gelar pun disandangnya. Penyair Sjauki telah mengakui pula nilai guru dengan kata-katanya,”berdiri  dan hormatilah guru dan berilah ia penghargaan, seorang guru hampir saja merupakan seorang Rasul”. Rasul adalah figur yang paripurna. Seluruh aspek kehidupannya adalah “uswatun hasanah”. Pribadi guru  adalah uswatun hasanah, kendati tidak sesempurna seperti Rasul. Ingat hanya “hampir” mendekati, bukan seluruh pribadi guru sama dengan pribadi Rasul, kekasih Allah dan penghulu dari seluruh nabi dan rasul itu.
Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak didik dalam dan diluar sekolah. Bila melihat anak didiknya menunjukkan sikap seperti sedih, murung, suka berkelahi, malas belajar, jarang turun kesekolah, sakit dan sebagainya, guru merasa prihatin dan tidak jarang pada waktu tertentu guru harus menghabiskan waktunya untuk memikirkan bagaimana perkembangan pribadi anak didiknya. Jadi, kemuliaan hati seorang guru tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar symbol atau semboyan yang terpampang di kantor dewan guru.
Posisi guru dan anak didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Sering dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan membimbing anak didik ke pintu gerbang cita-citanya. Itulah barangkali sikap guru yang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia. Pendek kata, kewajiban guru adalah menciptakan “Khairunnas”, yakni manusia yang baik.  
Mengingat tugas guru adalah mendidik dan bukan hanya mengajar suatu bidang tertentu, maka seorang calon guru harus dibekali dengan ketaqwaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, kepribadian yang luhur serta kuat, dan pengetahuan teori dan praktek kependidikan dan keguruan yang menjadi spesialisasinya. Khusus untuk guru agama, disamping kualitas di atas, perlu pula disyaratkan bahwa dia harus meyakini dan mengamalkan agama yang diajarkannya.

KESIMPULAN
        Guru merupakan suatu figur sentral dalam dunia pendidikan, dalam proses belajar mengajar bahkan dengan lingkungan sosialnya, maka setiap guru diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) sifat dan kepribadian yang ideal sesuai dengan yang telah ditetapkan. Lingkungan formal dan non formal jelas selalu mempengaruhi lingkup anak didik tersebut, oleh karena itu peranan guru sangat diharapkan bahkan sudah menjadi kewajiban.
Peranan guru pun sangat menentukan keberhasilan siswa nantinya, yang mana peranan itu tidak lepas dari kepribadian guru yang melekat pada diri masing-masing seorang guru. Mengingat tugas guru adalah mendidik dan bukan hanya mengajar suatu bidang tertentu, maka seorang calon guru harus dibekali dengan ketaqwaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan berkepribadian yang luhur. Karena  Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. 
 Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak didik di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat. Karena itu haruslah setiap calon guru untuk berkepribadian yang mulia dan luhur serta bertanggung jawab terhadap peranan yang ia sandang, sehingga nantinya dapat tercapai generasi penerus bangsa Indonesia yang intelektual dan berakhlakul karimah.


DAFTAR PUSTAKA

Nasution,S. 2011.  Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Slameto. 2009. Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Rusman. 2008.  Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru.  Bandung : PT. Raja                           Grafindo Persada.
Sardiman. 2004.  Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2010. Guru dan Anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Http://Mossdefcommunity.Blogspot.Com/2011/12/Kepribadian-Guru.Html Diakses pada Rabu, 21 Maret 2012

Jumat, 09 November 2012

Filsafat Pendidikan Islam


MANUSIA DAN PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Oleh : Nurul Huda
I. Pendahuluan
       Manusia adalah Makhluk yang diciptakan oleh Allah dalam keadaan sebaik-baiknya, yang terdiri dari unsur jasmani, unsur akal, dan unsur rohani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di kembangkan. Menjadi Keharusan Manusia untuk bisa memanfaatkan dan mengembnagkan apa yang telah Allah fithrahkan kepada manusia. Menurut Samsul Nizar dalam bukunya bahwa Manusia itu diciptakan oleh Allah Swt. Bukan secara main-main, melainkan dengan tujuan dan fungsinya.  
Sedangkan Pendidikan merupakan Suatu Proses Usaha sadar yang dilakukan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang mana kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabi’at seseorang. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, dengan adanya pendidikan, terutama pendidikan islam yang mana telah termaktub di dalam Al-Qur’an, yaitu dapat membentuk kepribadian sebagai Khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia.
Namun terkadang Manusia belum sepenuhnya terbangun akan mimpi buruknya, yang masih tak menghiraukan apa tujuan akhir dari kehidupan ini. Dan tak terlepas dari rangkaian kegiatan manusia yang  dari sejak lahir telah di suap dengan pengetahuan dari sejak kecil dan bergulir ke dalam pendidikan. Maka dari itu, Manusia dan Pendidikan akan mencapai klimaks apabila kita sebagai subjeknya selalu berpedoman atau berpegang teguh pada Sandaran Umat Islam, yaitu Al-Qur’an. maka dari itu kami sebagai makalah akan memaparkan tema yang berjudul “Manusia dan Pendidikan Dalam Al-Qur’an.”

II. Manusia dalam Al-Qur’an
Manusia adalah Makhluk yang berarti sesuatu yang diciptakan. Secara logik dan riil, setiap yang diciptakan tentu ada penciptanya. Dalam islam, pencipta manusia disebut Allah swt. Pernyataan manusia adalah Makhluk dapat diterima oleh manusia dari latar belakang dan tingkat kecerdasan yang berbeda, mulai dari seorang professor sampai tukang becak sekalipun. Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari penciptaannya.  
Proses Penciptaan Manusia dalam Al-Qur’an
Manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran. Dalam hal ini Ibn ‘Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, “tak ada makhluk Allah yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah dimuka bumi.
Banyak sekali ayat Al- Qur’an yang menegaskan bahwa manusia adalah sesuatu yang diciptakan. Konsepsi Islam tentang hakikat manusia yang mendasar telah tercantum dalam al-Qur’an.  Manusia diciptakan Allah Swt sebagai makhluk yang paling sempurna, Dalam Surah AT-Tin: 4  artinya:
       “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
         Selanjutnya tentang proses kejadian manusia yang ditinjau dari firman Allah SWT yang artinya:
       “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah,  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim); Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. al-Mukminun : 12-14)
       Selain itu dapat dilihat juga dalam Surat Al-Faatir, 35:11. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. 
Selain itu manusia juga dilengakapi unsur lain yaitu qolbu (hati). Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual (Jalaluddin, 2003: 14). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang lain, dengan memiliki potensi akal, qolbu dan potensi-potensi lain untuk digunakan sebagai modal mengembangkan kehidupan. Hakikat wujud manusia menurut Ahmad Tafsir adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh banyaknya potensi yang dimiliki. Dalam hal ini beliau membagi kecenderungan itu dalam dua garis besar yaitu cenderung menjadi orang baik dan cenderung menjadi orang jahat.
Setidaknya ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan makna manusia, yaitu : al-Basyar, al-Insan, dan al- Nas. Meskipun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
a. Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Al-Basyar dapat diartikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjukan kata al-Basyar ditujukan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Demikian pula halnya dengan para rasul-Nya. Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan manusia umumnya tidak diberikan wahyu.
Kata al-Basyar juga digunakan Al-Qur’an untuk menjelaskan eksistensi Nabi dan Rasul. Eksistensinya, memiliki kesamaan dengan manusia pada umumnya, akan tetapi juga memiliki titik perbedaan khusus bila dibanding dengan manusia lainnya. Penekanan ini dijelaskan Allah dalam firman-firmannya, seperti pada Q.S Huud/11:27, Al-Israa’/17:93-94, Al-Kahfi/18:110, dan Al-Mu’minuun/23:33-34.
b. Kata al- Insan dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa.
Kata al-Insan digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata al-Insan digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan proses kejadian manusia sesudah Adam. Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim (QS. An Nahl/16:78; QS. Al-Mu’minuun/23:12-14). Penggunaan kata al-insan dalam ayat ini mengandung dua makna, yaitu : Pertama, makna
c. Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. 
Dalam menunjuk makna manusia, kata al-Nas lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan kata al-Insan. Keumuman tersebut dapat dilihat dari penekanan makna yang dikandungnya. Kata al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering melakukan  mafsadah  dan merupakan pengsisi neraka, disamping iblis.
Disamping ketiga kata tersebut, Allah Swt. Juga mendefinisikan manusia dengan menggunakan kata  bani Adam. Kata ini dijumpai dalam Al-Qur’an sebanyak 7kali dan tersebar dalam 3 surat. Secara etimologi, kata bani Adam menunjukkan arti pada keturunan nabi Adam A.S.
Bila dilihat dari pandangan para mufassir, terlihat bahwa pemaknaan kata bani Adam, lebih ditekankan pada aspek amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan. Allah memberikan kebebasan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang ada di alam ini secara maksimal. Allah memberikan garis pembatas kepada manusia pada dua alternative, yaitu kemuliaan atau kesesatan. Disini terlihat kasih dan demokratisnya Allah terhadap makhluknya. Hukum kausalitas tersebut memungkinkan Allah untuk meminta pertanggungjawaban pada manusia atas semua aktivitas yang dilakukan.
Fungsi Penciptaan Manusia
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dan rupa seindah-indahnya dilengkapi dengan panca indera dan hati agar manusia bersyukur atas apa yang telah Allah anugerahkan. Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah Swt. Menciptakan manusia bukan secara main-main (Q.S Al-Mu’minuun/23:115), melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Secara global tujuan & fungsi penciptaan manusia, yaitu :
1. Khalifah
Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban amanat (Q.S Ar Ruum/33:72). Menurut Ahmad Musthafa Al Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini memiliki dua makna, Pertama, adalah Pengganti, yaitu pengganti Allah Swt untuk melaksanakan titah-Nya dimuka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan makhluk lainnya serta memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan.
2. ‘Abd (Pengabdi Allah)
Konsep ‘abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah. Secara luas, konsep ‘abd sebenarnya meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh aktivitas seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai ibadah manakala aktivitas itu memang ditujukan semata-mata hanya untuk mencari Ridha Allah Swt. Belajar, Bekerja menjadi ibadah manakala dilakukan untuk mencari Ridha Allah. 

III. Pendidikan Dalam Al- Qur’an
Pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Manusia adalah hasil dari proses pendidikan. Dengan mudah hal ini dapat direalisasikan manakala salah satu dari unsur-unsur pendidikan ini dikaitkan dengan petunjuk bertingkah laku manusia berkenaan dengan obyek-obyek tertentu. Dapat diketahui, manusia yang benar-benar khalifah Allah adalah manusia yang mempunyai kondisi baik, berperangai halus.
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”
Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan:

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia. Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari akhirat.
Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114 disebutkan:

“Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’.”
Pemerolehan Pengetahuan dan Objeknya (Proses Pendidikan)
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78 disebutkan:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”. 
Namun, pada dasarnya proses pemerolehan pengetahuan adalah dimulai dengan membaca, sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang artinya sebagai mana berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

         Perintah membaca merupakan perintah yang paling penting dan berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia sebagai makhluk yang dapat dan harus dididik. Dari kelima ayat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna. 
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 101 disebutkan:

“Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi”.
Al-Qur’an membimbing manusia agar selalu memperhatikan dan menelaah alam sekitarnya. Karena dari lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan memperoleh pengetahuan.
Dalam al-Qur’an surat asy-Syu’ara ayat 7 juga disebutkan:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”.
Demikianlah, al-Qur’an secara dini menggarisbawahi pentingnya “membaca” dan keharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahan bacaan yang tepat. 
Tujuan Pendidikan
Dalam Surat Al-Dzariat ayat 56 dijelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah beribadah kepada Allah. Ibadah dalam arti luas adalah segenap gerak hidup, gerak lidah, gerak pikiran maupun gerak anggota badan lainnya dan ditujukan untuk meraih keridaan Allah swt. 
Dapat diketui pula Perspektif Al-Qur’an sangat berperan penting di dalam Proses pendidikan , karena tanpa suatu konsep atau pedoman dari Al-Qur’an , maka pendidikan akan meraba-raba. Selain itu, Implikasi dari konsep manusia yang telah kami paparkan tadi yaitu fungsi dari penciptaan manusia, yang mana dari fungsi secara umum tersebut dapat terimplikasi dalam hubungannya dengan Pendidikan Islam, yaitu :
Manusia adalah makhluk yang bersumber dari dua komponen (materi dan inmateri), maka konsepsi ini mengacu pada arah realisasi  dan pengembngan komponen-komponen.  Maka dari itu, harus dibangun atas konsep kesatuan antara pendidikan Qalbiyah dan ‘Aqliyah  sehingga bisa mencetak manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Dan jika kedua komponen ini terpisah, maka manusia akan kehilangan keseimbangan dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al-kamil).
Allah membekali seperangkat potensi kepada manusia, maka dari itu pendidikan terutama pendidikan islam haruslah mengupayakan  yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimilikinya  secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti dapat memberikan manfaat kepada semua orang, karena Hadits Nabi mengatakan; Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat terhadap sesama. 
         Jadi, agar Suatu Pendidikan, terkhusus Pendidikan Islam umat berhasil dalam prosesnya, maka konsep penciptaan dan fungsi penciptaan manusia yang telah kami paparkan, harus sepenuhnya di akomodasikan dalam rumusan teori-teori Pendidikan Islam. Agar suatu tujuan pendidikan yang dilakukan oleh Manusia dapat tercapai sesuai dengan pedoman dan sandarannya yaitu Al-Qur’an.

IV. Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat dipahami bahwa Manusia adalah Makhluk yang Allah swt berikan fitrah nya untuk mengemban amanah dan mengabdi Allah swt. Untuk bisa mencapai tersebut maka Suatu konsep pendidikan sangatlah penting. Selain itu, bahwa al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di akhirat kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Pengetahuan yang didapat dalam proses pendidikan dalam aktivitas manusia sudah seyogyanya diorientasikan untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak lepas dari itu, bahwa manusia juga hidup berdampingan dengan sosial atau lingkungan, sehingga tidak bisa serta merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai pewaris kekhalifahan manusia sekaligus bentuk ketaatan nya kepada Allah swt.
V. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Saleh, Abdurrahman. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an.  Jakarta: Rineka  Cipta. 2005. 
Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV. Triasco.  Jakarta. 2003.
Gojali, Nanang.  Manusia, Pendidikan Dan Sains. Cianjur: Rineka Cipta. 2004. 

Nizar,Samsul. Filsafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta:  Ciputat Pers. 2002. 



Guru VS Murid


Cara Mengatasi Anak Didik yang Nakal




Terkadang dalam kegiatan belajar mengajar terdapat salah satu anak yang berbuat iseng / nakal di dalam kelas / sekolah . jangan sampai kita sebagai pendidik salah dalam menangani hal tersebut karena akan berdampak kepada anak didik kita bahkan hingga mereka dewasa . ada beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai guru untuk mengatasi anak didik kita yang nakal di kelas / sekolah yaitu :
1.      Beri mereka tanggung jawab
Banyak hal yang membuat anak didik kita menjadi nakal di kelas salah satunya karena mereka tidak memiliki sesuatu hal yang dapat menyibukkan diri mereka maka dengan diberikan tanggung jawab misal seperti mencatat siswa yang nakal dikelas , menjadi ketua kelas , atau hanya sekedar menghapus papan tulis . hal ini cukup mampu untuk “menjinakkan” mereka.
2.      Beri mereka perhatian lebih
Terkadang kenakalan / kegaduhan yang mereka lakukan sebenarnya semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatian dari kita . maka ada baiknya kita bercengkrama dengan mereka barang se menit saja untuk menunjukkan perhatian kita dan mengetahui penyebab problem dari anak tersebut sehingga anak tersebut merasa diperhatikan dan kita bisa menemukan solusi dalam menangani anak tersebut.
3.      Menciptakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan menarik
Dengan kegiatan pembelajaran yang menarik akan membuat anak didik yang nakal menjadi tertarik dan mengikuti pelajaran dengan antusias . karena kebanyakan anak didik kita melakukan kenakalan di kelas dikarenakan pembelajaran yang membosankan atau juga anak tersebut tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh guru . maka tugas kita adalah untuk menciptakan KBM yang menarik dan aktif namun tetap dapat membuat anak didik memahami materi yang diajarkan sehingga antusiasme anak didik kita terhadap pelajaran kita tinggi .
4.      Buat peraturan yang jelas di dalam kelas
Hal ini penting mengingat jika tidak ada peraturan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan di dalam kelas siswa dapat lepas kendali . sebaiknya kita libatkan siswa dalam membuat peraturan tersebut . hal ini lebih efektif dibandingkan kita membuat sendiri peraturan tersebut. Sehingga ketika terjadi kesalahan murid tersebut bisa mengetahui kesalahannya dan memperbaikinya.

Beberapa cara tersebut mampu mengatasi perilaku nakal murid yang nakal di dalam kelas / sekolah . sangat mengharapkan kritik dan saran guna menambah wawasan dalam mendidik siswa kelak .

Cantik Hati Lebih utama


Renungan Hikmah

Di pagi yang cerah seorang gadis  bertanya kepada ibunya: “Ibu, Engkau selalu terlihat cantik, Aku ingin sepertimu. Dengan tatapan dan senyum haru, Sang Ibu menjawab :
“Untuk bibir yang menarik, Ucapkan perkataan yang baik,
Untuk pipi yang lesung, Tebarkan senyum ikhlasmu di muka bumi,
Untuk mata indah menawan, Lihatlah selalu kebaikan orang lain,
Untuk tubuh yang langsing, Sisihkan makananmu bagi fakir miskin,
Untuk jemari yang lentik menawan, Hitunglah do’a dan pujianmu mengagungkan-Nya,
Untuk wajah putih bercahaya, Basuhlah muka dengan Air wudhu disetiap pergantian waktu.
Anakku, kecantikan fisik akan Pudar oleh mengalirnya waktu,, Namun Kecantikan Perilaku Dan Akhlak Tak Kan Pudar meski oleh Kematian.





Wanita Shalehah Perhiasan Dunia


Hay Guys, Assalamualaikum,, 

zaman sekarang kayaknya susah banget yaah buat dapetin predikat sebutan“Wanita Shaleha”, kita gak bisa tuh hanya melihat tampilan luar seseorang. Yukks mariii, kita lihat Ciri-ciri Kepribadian wanita Shaleha itu kayak gimana yaaa:
A. Perkataan, Pikiran, dan Perkataannya selalu positif
Ia tidak menyia-nyiakan waktu untuk berkata yang tidak bermanfaat. Tidak ada dalam sejarahnya, Wanita Sholeh berkata ketus dan pedas yang memerahkan telinga siapapun yang mendengarnya. Sebaliknya, ia tidak banyak berkata-kata kecuali untuk kebaikan. Kata-katanya yang positif merupakan cerminan dari apa yang ada dalam kepalanya.
B. Murah Senyum
Bagi wanita shaleha, Senyum adalah Sedekah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyum manis. Senyumnya Ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
C. Menjaga Akhlak
Wanita shaleha pandai bergaul namun tidak larut dalam pergaulan yang melenakan. Kemampuannya sangat kuat untuk menjaga rasa malu. Ia mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang ditemuinya. Ia selalu yakin bahwa yang patut ia jaga adalah kekuatan hubungannya dengan Allah swt., karena jika keterikatan itu semakin kuat akan membuahkan kebaikan bagi dirinya dan orang lain.
D. Menghindari Fitnah
Wanita Shaleha menyadari  kecantikan bisa menimbulkan fitnah. Kecantikan suatu saat bisa menjadi anugerah, tapi jika tidak hati-hati, Kecantikan bisa juga menjadi sumber masalah yang akan menyulitkan bagi pemiliknya, karena itu Prinsipnya adalah taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
E. Tidak Berputus Asa
Jika tidak cantik atau memiliki keterbatasan fisik, wanita shaleha tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia menyadari bahwa rasa kecewa atau sakit hati adalah bagian dari Kufur Nikmat, Naudzubillah min dzalik.. (jangan sampai donk kita seperti itu !!) Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: 
……."Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S Ibrahim-7)

                    ia tidak akan merasa minder dengan keadaan dirinya. Ia tidak pernah berputus asa atas rahmat Allah. keyakinan begitu kuat bahwa segala sesuatu yang dimilikinya atau didapatnya adalah ketentuan Allah yamh baik untuk dirinya. Karenanya, ia selalu memaksimalkan diri dalam Ikhtiar dan bekerja keras dalam menjalankan ibadah.
F. Mendahulukan orang lain
Bila menjadi seorang Istri, Wanita shaleha sangat pandai membangkitkan selera suaminya, dan mendahulukan kepentingan suaminya. Ia belum tidur sebelum suaminya tidur. Bila berada dilingkungan social, ia selalu mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya.

Nah lhoo,, gimana tuh kita sudah termasuk belum yah ke salah satu ciri tersebut, kalau belum ayoo mari sama-sama mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri dan mulai dari hal kecil, kan lama-lama kita akan terbiasa kalau ada niatan yang tulus dari dalam hati,,Insya Allah.. okeee